Oleh: Andreas Heri, S.S.
“Berikan kegiatan sesuai usianya, maka pengalaman itu akan membekas kuat dalam ingatan. Kegiatan remaja yang paling tepat adalah petualangan. Selamat bersenang-senang, jaga kekompakan dan pulang membawa cerita”, sebuah kalimat singkat dari Bruder Darman, FIC selaku kepala sekolah saat melepas keberangkatan peserta lamas 2025/2026. LAMAS atau kegiatan Lawu Masal yang diselenggarkan SMA PL St. Yosef Surakarta adalah sarana yang memberi ruang anak-anak mengenal petualangan dunia pendakian. Kegiatan ini diprakarsai dan dikelola anak-anak dari ekskul pecinta alam (YOPALA).
Lamas tahun ini diselenggarakan pada hari Sabtu-Minggu, 4-5 Oktober 2025. Sebanyak 35 peserta, 17 panitia dan 3 pendamping penuh semangat akan mendaki. 55 orang tepat pukul 07.00 bergerak meninggalkan sekolah menuju base camp Gunung Lawu via Cemoro Kandang. Terlihat semuanya telah siap dalam petualangan pendakian. Anak-anak Yopala yang berperan sebagai panitia terlihat sangat cekatan dan professional. Pertama, semua peserta dipastikan membawa perlengkapan yang diwajibkan. Kedua, memastikan telah makan dan juga mengadakan pemanasan.
Seluruh peserta, panitia, dan pendamping dibagi dalam 3 rombongan. Hal ini bertujuan supaya tidak terjadi penumpukan di jalur pendakian. Rombongan pertama bertipe langkah cepat, orang-orang kuat dengan harapan mereka tidak ada yang berhenti di jalur, lancar pendakian sampai finish. Tepat jam 10.00 rombongan berangkat. Jeda 25 menit kelompok kedua bertipe lambat pun menyusul. Sedangkan rombongan terakhir yang bertipe kuat endurance, pelan tapi sampai diberangkatkan tepat pukul 11.00. Target hari ini adalah sampai di pos 4 dengan harapan esok hari tinggal sebentar lagi ke puncak Lawu.
Di pos 2 panitia dengan sigap kembali memeriksa peserta terutama kesehatan dan mental serta semangatnya. Ada yang cukup sampai di pos 2, tetapi kebanyakan melanjutkan petualangan. Sore menandai terang sebentar lagi hilang. Gelap menyergap, namun perjalanan masih panjang. Belum sampai di pos 3. Medan selepas pos 2 memang cenderung menanjak. Mental beberapa peserta bergetar dan memilih untuk menyerah. Semakin ke atas serangan angin kian keras dan ternyata di pos 4 pun badai ganas menyambut.
Malam berlalu bersama badai gunung yang tidak juga berhenti. Semua peserta tertahan di pos 4 dan berharap badai reda sehingga kaki bisa menginjak puncak tertinggi Lawu. Pagi membuka tabir gelap malam, terlihat beberapa tenda telah roboh. Badai tidak kunjung reda. Beberapa peserta telah memakai alumunium foil atu termal bivy sebagai perlindungan terakhir untuk menghangatkan badan. Akhirnya di tengah situasi yang tidak pasti salah satu panitia memutuskan untuk survey jalur apakah selepas pos 4 kekuatan badai masih sama atau lebih lembut. Dari survey itu terbuktilah bahwa misteri alam tidak pernah bisa ditembus paham. Hanya 40 meter selepas pos 4 ternyata tidak ada badai. Semua peserta yang tersisa melanjutkan langkah dengan gagah. Akhirnya puncak Lawu tergapai. Terlihat ekspresi kebanggaan, kepuasan batin, dan kebahagiaan. Kesuksesan setelah perjuangan panjang yang melelahkan.
